6 Fakta Unik Sejarah Gunung Kawi yang Tak Lekang Oleh Zaman
Gunung Kawi terletak di Desa Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan terletak sekitar 15 km dari kota Malang. Ketinggian gunung ini mencapai 2.551 mdpl dan sering dikunjungi oleh orang-orang malas bekerja namun ingin cepat kaya.
Ketika mempelajari Sejarah Gunung Kawi, banyak yang beranggapan bahwa tempat ini sebagai wisata spiritual atau tempat untuk mencari pesugihan. Lokasi ini tepatnya terletak di sebelah barat Kepanjen, Kota Malang.
Di daerah tersebut, terdapat beberapa bangunan seperti keraton, pesarean, kelenten, dan beberapa tempat-tempat pemujaan lainnya.
Sejarah Gunung Kawi
Kraton Gunung Kawi didirikan oleh Mpu Sindok yang berasal dari Mataram. Berdasarkan dari Prasasti batu tulis, pada bagian puncaknya menjelaskan bahwa kraton dibangun sekitar tahun 861 Masehi.
Meski disebut dengan kraton, bangunan ini tidak terlihat megah dan cenderung sederhana. Sebab, kraton ini hanya dipergunakan untuk tempat bertapa saja.
Mpu Sindok melakukan pertapaan di tempat ini hingga tubuhnya hilang atau istilahnya ‘Mencapai Moksa’.
Fakta Seputar Gunung Kawi
Sejarah Gunung Kawi pada Wilayah pesarean adalah makam Mbah Sujo dan Mbah Jugo, yaitu tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang guna ngalap berkah. Tapi, tak banyak orang mengetahui bahwa terdapat satu lokasi lain tepat berada di sekitaran gunung kawi yang berusia lebih tua.
Selain usianya lebih tua, tempat tersebut juga dinilai memiliki sisi spritual lebih dalam, yaitu Kraton. Untuk menuju ke sana dibutuhkan waktusekitar 30 menit dari wilayah pesarean. Untuk suasananya pun sangat tenang dan dikelilingi pula oleh pepohonan pinus rindang.
Selain itu, terdapat beberapa fakta mengenai Sejarah Gunung Kawi, diantaranya sebagai berikut :
-
Tempat pertapaan para raja
Beberapa raja di Jawa dikabarkan telah melakukan pertapaan di lokasi kraton dan para raja pun mencoba untuk melakukan pertemuan spritual serta meminta petunjuk kepada Mpu Sindok. Adapun salah satu raja yang melakukan pertapaan di tempat tersebut, yaitu Prabu Kameswara yang berasal dari kerajaan Kediri. Prabu Kameswara memilih untuk turun tahta serta melakukan pertapaan di lokasi ini. Selain itu, dikabarkan pula bahwa Prabu Kameswara mengikuti jejak Mpu Sindok, yaitu Moksa.
-
Terdapat Wihara
Setelah Indonesia dinyatakan merdeka, dalam Sejarah Gunung Kawi kratonnya semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Mayoritas pengunjung berasal dari keturunan Tionghoa. Hal ini menjadikan wilayah kraton didirikan Wihara guna sebagai tempat untuk beribadah warga keturunan Tionghoa yang sedang berkunjung di tempat tersebut.
-
Pernah dianggap tempat persembunyian PKI
Dalam Sejarah Gunung Kawi, pada tahun 1965 mengalami nasib kurang beruntung. Pada masa itu, politik Indonesia yang tidak strabil menyebabkan Kraton ini ditutup sebab digunakan sebagai sarang anggota PKI yang bersembunyi. Setelah bertahun-tahun lamanya kraton ditutup dan memastikan situasi stabil, tempat ini dibuka kembali pada tahun 1974.
-
Pohon Dawandaru yang diyakini dapat mendatangkan keberuntungan
Terdapat pohon Dawandaru atau pohon keberuntungan yang terletak di area pemakaman. Oleh warga Tionghoa, pohon ini disebut sebagai Shian-to atau pohon dewa. Bahkan, para peziarah seringkali menunggu dahan, daun, ataupun buah jatuh.
Konon katanya, yang jatuh dari pohon keberuntungan itu apabila disimpan bisa menambah kekayaan bagi orang yang menyimpannya. Tapi, seperti namanya tentu dibutuhkan kesabaran ekstra hingga berbulan-bulan lamanya hanya untuk menunggu beberapa bagian yang terjatuh dari pohon tersebut.
-
Sanggar Pemujaan
Dalam sejarah Gunung Kawi, sanggar pemujaan adalah tempat paling tinggi diantara semua tempat di wilayah kraton. Sanggar pemujaan adalah tempat pertapaan dan petilasan Mpu Sindok yang sampai sekarang masih difungsikan sebagai tempat untuk meditasi.
Pada bagian kanan serta kiri bangunan sanggar pemujaan, terdapat patung kuda terbang. Kemudian didalamnya ada beberapa arca dan lubang yang digunakan untuk bertapa (tapa pendem).
-
Legenda Gunung Kawi Banyak Dikunjungi Peziarah
Mulanya, makan Eyang Jugo yang terletak di pesarean Gunung Kawi tidak dikenal sebagai tempat pesugihan hingga kedatangan sosok pria daratan Cina, Tamyang.
Dalam Sejarah Gunung Kawi, dikisahkan bahwa dahulu Eyang Jugo ini juga melakukan perjalanan ke daratan Cina dan suatu ketika Eyang Jugo bertemu dengan perempuan hamil yang kehilangan suaminya. Kemudian, Eyang Jugo membantu terkait ekonomi janda tersebut karena hidup dalam kemiskinan.
Hal ini tentu menjadikan perempuan sangat senang dan berterimakasih kepada Eyang Jugo. Selain itu, Eyang Jugo memang dikenal memiliki tabiat suka membantu sesama. Lalu, saat kembali ke pulau Jawa, ia berpesan pada janda itu agar jika anaknya sudah besar diminta untuk datang ke Gunung Kawi pulau Jawa.
Anak Janda Cina tersebut bernama Tamyang. Pada era tahun 40-an, Tamyang datang ke Gunung Kawi guna untuk membalas kebaikan Eyang Jugo karena telah berbuat baik membantu ibunya. Sehingga Tamyang merawat makam Eyang Jugo dengan baik dan sering berziarah.
Sejak saat itulah, peziarah ramai mengunjungi Gunung Kawi, salah satunya dengan tujuan untuk berziarah ke makam Eyang Jugo. Sampai saat ini, Sejarah Gunung Kawi dan fakta-faktanya masih terkenang di benak masyarakat.