November 18, 2025

NSCPCDN

Informasi Terpercaya dan Terlengkap

H.O.S Tjokroaminoto, Ini Dia Sang Pejuang Pergerakan Nasional

H.O.S Tjokroaminoto, Ini Dia Sang Pejuang Pergerakan Nasional

Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang akrab dikenal dengan nama H.O.S. Tjokroaminoto, merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Beliau lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur, dari keluarga priyayi Jawa yang masih memiliki ikatan dengan keraton. Meskipun berasal dari kalangan terpandang, jiwa sosial dan kepeduliannya pada rakyat kecil membuat Tjokroaminoto dekat dengan masyarakat.

Sejak muda, beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan formalnya ditempuh di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang, sebuah sekolah yang mempersiapkan pribumi untuk menjadi pegawai pemerintah. Setelah lulus, beliau bekerja sebagai pegawai pemerintah kolonial, namun hatinya gelisah melihat ketidakadilan dan kesenjangan yang dialami rakyat. Dari titik inilah, semangat pergerakan nasional dalam diri Tjokroaminoto semakin terbentuk.

Karier Politik Awal dan Keterlibatan di Sarekat Islam

H.O.S Tjokroaminoto merupakan sosok guru dan tokoh pergerakan nasional penting dalam sejarah Indonesia. Yuk, cek biografi singkatnya melalui informasi ini!

Salah satu tonggak penting dalam perjalanan hidup H.O.S. Tjokroaminoto adalah keterlibatannya dalam Sarekat Islam (SI). Awalnya, organisasi ini berdiri sebagai perkumpulan pedagang Islam di bawah nama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 1911. Namun setelah kepemimpinan berpindah ke tangan Tjokroaminoto, organisasi tersebut berkembang pesat dan berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Di bawah kepemimpinannya, SI tidak hanya menjadi wadah ekonomi bagi pedagang pribumi, tetapi juga menjelma sebagai organisasi massa terbesar pada masanya. Dengan semangat persatuan dan perlawanan terhadap penjajahan Belanda, SI berhasil menghimpun jutaan anggota dari berbagai lapisan masyarakat. Tjokroaminoto memposisikan SI sebagai kekuatan politik, sosial, dan budaya yang mampu melawan dominasi kolonial.

Kepiawaiannya dalam berpidato dan berorganisasi membuat Tjokroaminoto dikenal sebagai orator ulung. Setiap pidatonya mampu membangkitkan semangat rakyat untuk memperjuangkan kebebasan. Tidak heran, beliau dijuluki sebagai “Raja Jawa Tanpa Mahkota” karena pengaruh dan kharismanya begitu besar di mata masyarakat.

H.O.S Tjokroaminoto Sebagai Sosok Guru Bangsa Indonesia

Salah satu aspek yang membuat Tjokroaminoto begitu dihormati adalah perannya sebagai “guru bangsa.” Rumahnya di Surabaya kerap menjadi tempat berkumpul dan tinggal para pemuda yang kelak menjadi tokoh besar dalam sejarah Indonesia.

Beberapa murid dan anak asuh yang pernah tinggal di rumahnya antara lain:

  • Soekarno, yang kelak menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.
  • Semaoen, tokoh pergerakan buruh dan komunis.
  • Kartosoewirjo, pendiri Darul Islam.
  • Musso, tokoh PKI.

Dari sini terlihat bahwa rumah Tjokroaminoto bagaikan “sekolah politik” bagi generasi muda Indonesia. Beliau mengajarkan semangat kebangsaan, kemandirian, dan keberanian dalam menentang penjajahan. Tidak hanya itu, Tjokroaminoto juga menanamkan nilai-nilai moral dan religius dalam perjuangan politik.

Kata-kata bijaknya yang terkenal, “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”, menjadi pesan abadi yang terus relevan hingga kini.

Pemikiran Politik & Strategi Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto

Pemikiran politik Tjokroaminoto berakar pada Islam sebagai dasar moral dan sosial, namun tetap inklusif terhadap keberagaman. Beliau meyakini bahwa Islam tidak hanya mengatur kehidupan spiritual, tetapi juga menjadi pedoman dalam mengatur masyarakat yang adil dan beradab.

Selain itu, Tjokroaminoto menekankan pentingnya persatuan rakyat untuk melawan kolonialisme. Ia menolak politik etis Belanda yang dianggap hanya menguntungkan kalangan tertentu, dan lebih memilih memperjuangkan kemandirian rakyat melalui pendidikan, perdagangan, serta organisasi massa.

Strateginya dalam berpolitik juga moderat, yakni dengan mengedepankan jalur organisasi dan diplomasi. Meskipun menghadapi tekanan dari pemerintah kolonial, beliau tetap berupaya memperjuangkan aspirasi rakyat melalui cara yang elegan dan terarah.

Perjuangan di Tengah Tantangan dan Perpecahan Organisasi

Meski Sarekat Islam berkembang pesat, perjalanan organisasi ini tidak selalu mulus. Perbedaan ideologi di dalamnya, terutama antara kelompok nasionalis-religius dan kelompok berhaluan kiri, sering memicu konflik internal.

Tjokroaminoto berusaha menengahi perbedaan tersebut, namun tidak jarang beliau menghadapi dilema. Munculnya tokoh-tokoh seperti Semaoen dan Musso yang mendorong SI ke arah kiri membuat organisasi ini terpecah. Walau begitu, Tjokroaminoto tetap berpegang teguh pada jalur Islam sebagai dasar perjuangan.

Tantangan lain datang dari pemerintah kolonial Belanda yang merasa terancam dengan popularitas SI. Pengawasan ketat dan penindasan kerap dilakukan untuk melemahkan pergerakan rakyat. Namun karisma dan kepemimpinan Tjokroaminoto membuat SI tetap bertahan sebagai organisasi yang berpengaruh.

Akhir Hayat Sang Guru Bangsa dan Warisannya Bagi Bangsa

H.O.S. Tjokroaminoto meninggal dunia pada 17 Desember 1934 di Yogyakarta. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Meski tidak sempat menyaksikan kemerdekaan yang diperjuangkannya, jasa-jasanya tetap hidup dalam ingatan rakyat.

Warisannya tidak hanya berupa gagasan politik dan organisasi, tetapi juga generasi penerus bangsa yang ditempa melalui didikan dan keteladanannya. Dari rumah sederhana di Surabaya, lahirlah tokoh-tokoh besar yang memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Hingga kini, nama H.O.S. Tjokroaminoto dikenang sebagai pahlawan nasional yang jasanya tak tergantikan. Semangat juang, keberanian, dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi setiap generasi.

Inspirasi dari H.O.S Tjokroaminoto Sang Tokoh Pergerakan

Sebagai tokoh pergerakan, H.O.S. Tjokroaminoto bukan hanya seorang pemimpin organisasi, tetapi juga seorang guru bangsa yang menanamkan nilai perjuangan kepada generasi penerus. Melalui Sarekat Islam, beliau mengajarkan pentingnya persatuan dan kemandirian. Sementara melalui rumahnya, beliau mendidik tokoh-tokoh yang kelak menjadi aktor penting dalam sejarah kemerdekaan.

Warisan pemikiran dan perjuangannya adalah pengingat bahwa kebebasan tidak datang begitu saja, melainkan harus diperjuangkan dengan keberanian, persatuan, dan keikhlasan.