FK Undip Minta Maaf, 4 Poin Pernyataan Dekan Soal Bully
Dekan FK Undip minta maaf soal kasus perundungan dilakukan saat Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) kepada dokter Aulia. Melalui permintaan maaf tersebut, pihak FK Undip juga telah mengakui adanya perundungan yang dilakukan oleh senior PPDS.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Yan Wisnu Prajoko sebagai Dekan FK Undip salam dalam satu forum bersama anggota komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago serta Direktur Layanan Operasional RS KARiadi, Mahabara Yang Putra.
Sosok Pelaku Pembullyan Dokter Aulia saat PPDS di Undip
Kasus perundungan yang dilakukan oleh senior saat Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) memang sudah marak terjadi. Kasus Dokter Aulia ternyata bukan pertama kalinya, hal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran (Undip) Dokter Yan Wisnu Prajoko.
Dekan Fakultas Kedokteran Undip juga mengungkapkan bahwa dalam periode 2021 hingga 2023 sudah ada tiga orang mahasiswa yang dikeluarkan akibat terlibat dalam kasus perundungan.
Selain itu, ada juga belasan pelaku pelaku diberikan hukuman seperti skorsing hingga teguran. Tergantung dengan dampak perbuatan yang dilakukannya, dari mulai ringan hingga berat.
FK Undip minta maaf sebesar-besarnya terhadap para korban perundungan, termasuk terhadap Dokter Aulia Risma Lestari. Yan juga menyebutkan bahwa semua pelaku perundungan yang melakukannya kepada dokter Aulia telah diberikan sanki sama.
Sanksi tersebut bukan ditentukan semata-mata oleh Universitas Diponegoro, melainkan sesuai dengan instruksi menteri kesehatan mengatur sola perundungan. Mengenai sosok tersangka kasus perundungan, sosoknya hingga saat ini belum dipublikasi kepada publik.
Direktur Operasional RSUP Dokter Kariadi Semarang, Mahabara Yang Putra memberikan keterangannya terkait kasus tersebut. Setelah FK Undip minta maaf, Mahabara mengaku dirinya serta tim lain tengah mencari kelompok senior PPDS yang telah melakukan perundungan.
Namun, hingga saat ini belum ada nama-nama resmi dirilis dan terbukti telah melakukan perundungan. Mahabara menyebutkan bahwa oknum-oknum yang melakukan perundungan memanfaatkan posisinya sebagai alat untuk menekan korban.
Tidak hanya kekerasan verbal saja, ternyata seniornya melakukan tindakan fisik. Sehingga membuat korban menjadi trauma, bahkan hingga menyebabkan korban membunuh dirinya sendiri akibat tekanan demi tekanan dialaminya.
FK Undip Minta Maaf soal Pembullyan, Ini dia 4 Poin Penting
Fakultas Kedokteran (FK) Undip menjelaskan secara jelas bagaimana kronologi kasus bully yang dilakukan oleh oknum program pendidikan dokter spesialis.
Setelah sebelumnya menyangkal, FK Undip minta maaf terkait peristiwa tidak mengenakkan yang harus dialami oleh korban. Permintaan maaf tersebut disampaikan secara langsung oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Yan Wisnu Prajoko saat berada dalam forum bersama komisi IX DPR RI, Irma Suryani.
Pada kesempatan tersebut, Yan Wisnu Prajoko juga telah memberikan empat poin penting yang perlu digaris bawahi.
1. Meminta maaf
Yan Wisnu menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya terhadap korban-korban perundungan pernah dilakukan oleh oknum di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis.
Tidak hanya menyampaikan penyesalan terhadap korban, dekan FK Undip minta maaf juga terhadap seluruh masyarakat, karena dirinya serta pengurus Universitas Diponegoro lainnya belum bisa bekerja dengan maksimal.
Dirinya menambahkan karena secara sadar mengakui adanya kekurangan dalam penyelenggaraan proses pendidikan khususnya pada tingkat kedokteran spesialis.
Alasan tersebut yang membuat Yan Wisnu kembali memohon maaf sebesar-besarnya atas seluruh kekurangan dan kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak.
2. Meminta arahan untuk pembenahan
Setelah FK Undip minta maaf, selanjutnya Yan Wisnu juga langsung meminta arahan untuk melakukan pembenahan. Dengan janji ini, Yan Wisnu juga meminta untuk memberikan izin kembali agar program pendidikan dokter spesialis anastesi dapat dilanjutkan kembali.
Izin tersebut ia sampaikan kepada Kementerian Pendidikan Budaya dan Riset Teknologi, DPR RI, hingga komponen-komponen masyarakat lainnya.
Dirinya berjanji untuk membangun lingkungan pendidikan yang berbudi luhur, bermartabat tinggi hingga lingkungan pendidikan melindungi hak anak didik peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis.
3. Mengakui adanya iuran Rp 20 hingga 40 juta per bulan
Sebelumnya sempat heboh kasus perundungan dokter Aulia yang diperas iuran sebesar Rp20 hingga Rp40 juta per bulannya. Mengenai hal tersebut, dekan Fakultas Kedokteran meluruskan kabar yang membuat orang salah paham.
Menurutnya soal iuran yang harus dibayar oleh seluruh peserta dengan jumlah tersebut tetap rasional atau masuk akal. Dirinya menganggap angka tersebut terbilang cukup wajar.
Namun jika iuran tersebut masuk ke rekening pelaku Yan Wisnu tentu langsung menentang hal tersebut. Yan Wisnu menjelaskan jika praktik kotor tersebut tidak harus dilakukan lagi dan harus segera dihapuskan.
4. Uang iuran digunakan untuk konsumsi hingga bayar sewa kos
Uang iuran yang dibayarkan sejumlah Rp20 hingga 40 juta tersebut akan dibayar oleh para mahasiswa Peserta Pendidikan Dokter Spesialis baru setiap bulan pada semester pertama saja.
Uang tersebut akan digunakan untuk keperluan bersama dari mulai sewa kos, konsumsi hingga sewa mobil selama menjalani PPDS di Universitas Diponegoro.
FK Undip minta maaf atas semua kesalahan dilakukan oleh beberapa oknum, hingga saat ini FK Universitas Diponegoro belum mendapatkan laporan nama siapa saja yang terlibat dalam perundungan dokter Aulia Risma yang tengah menjalani PPDS anastesi.